Al Quran Tertua Masjid Raya Banyak Dikunjungi
Medan (ANTARA News) - Kitab suci Al Quran tertua berusia ratusan tahun yang dipajang di dalam Masjid Raya Al Mashun Medan, selama bulan Ramadhan ini banyak dikunjungi masyarakat terutama pelajar pesantren yang ada di daerah tersebut.
Pengurus Masjid Raya Al Mashun, Haji Ridwan AS (63) ketika ditemui ANTARA di Medan, Jumat, mengatakan kitab suci yang berukuran besar atau "raksasa" itu, saat ini menjadi primadona yang paling banyak dilihat masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke lokasi masjid memiliki nilai sejarah cukup tinggi itu.
Sebab, katanya, kegiatan yang dilakukan tamu-tamu itu, bertepatan pula pada saat bulan Ramadhan.
"Jadi, kunjungan yang dilakukan masyarakat maupun tamu-tamu umat muslim dari kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Sumbar, Aceh dan daerah lainnya sekaligus membawa pahala dan berkah bagi mereka," kata Ridwan.
Bahkan, jelasnya, usai pelaksanaan Shalat Jumat pada hari ini ratusan jamaah yang ada di Masjid Al Mashun tertarik untuk melihat dari jarak dekat Al Quran Tua yang tersimpan dengan rapi dalam lemari ukir terbuat dari kayu jati itu.
"Al Quran tua yang berada di dalam lemari khusus itu, tidak boleh dibuka, karena takut nanti masuk serangga sehingga bisa membuat rusak kitab suci tersebut," ujar Al Ustadz itu.
Ia mengatakan, Al Quran yang berada di dalam masjid itu, tidak hanya dikunjungi para tamu-tamu maupun wisatawan nusantara, tetapi juga dari negara asing, yakni Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand dan negara lainnya di Asia Tenggara.
Wisatawan yang berkunjung ke masjid tertua itu, selain melihat kitab suci berukuran besar tersebut, juga tertarik melihat bentuk bangunan tempat ibadah yang kelihatan unik.
Bangunan Masjid Al Mashun itu dibangun pada pemerintahan Hindia Belanda, yakni sejak 21 Agustus 1906 dan kemudian diresmikan pada 10 September 1909.
Bangunan Masjid Al Mashun itu bermotif Maroko yang cukup indah dan menarik.
"Jadi, wajar wisatawan mancanegara banyak yang tertarik mengunjungi masjid. Dinding bangunan berukir gaya arsitek Maroko, lampu hias tertua menambah suasana menarik masjid yang terletak di Kota Medan itu," katanya.
Ketika ditanya kapan Al Quran tua berada di masjid tersebut, Ridwan mengatakan, mengenai sejarah ini secara rinci tidak dapat diketahuinya secara pasti.
Namun, katanya, informasi yang diperolehnya dari orang-orang tua dulu maupun alim ulama, Al Quran itu masuk ke masjid tersebut, setelah enam tahun lamanya peresmian bangunan rumah ibadah itu.
"Peresmian bangunan masjid itu pada tahun 1909. Masjid itu dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma`mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah dari Kesultanan Deli," kata Ridwan.
Lebih jauh ia menjelaskan, Al Quran itu terbuat dari kertas kulit yang sangat tua dan ditulis tangan oleh para pembuat maupun perancang yang berasal dari Timur Tengah.
Tulisan tangan tersebut dengan menggunakan bahasa Urdu dan Parsi.
"Jadi, Al Quran itu menurut ceritanya ada yang menyebutkan pemberian dari negara Arab Saudi, Pakistan dan Persia. Saya tidak bisa menyimpulkan secara pasti negara mana yang menyumbangkan kitab suci berukuran besar itu pada Masjid Al Mashun. Tetapi yang pasti adalah dari salah satu negara Timur Tengah," kata Ridwan.(*)
(Sumber: http://www.antaranews.com)
Pengurus Masjid Raya Al Mashun, Haji Ridwan AS (63) ketika ditemui ANTARA di Medan, Jumat, mengatakan kitab suci yang berukuran besar atau "raksasa" itu, saat ini menjadi primadona yang paling banyak dilihat masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke lokasi masjid memiliki nilai sejarah cukup tinggi itu.
Sebab, katanya, kegiatan yang dilakukan tamu-tamu itu, bertepatan pula pada saat bulan Ramadhan.
"Jadi, kunjungan yang dilakukan masyarakat maupun tamu-tamu umat muslim dari kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Sumbar, Aceh dan daerah lainnya sekaligus membawa pahala dan berkah bagi mereka," kata Ridwan.
Bahkan, jelasnya, usai pelaksanaan Shalat Jumat pada hari ini ratusan jamaah yang ada di Masjid Al Mashun tertarik untuk melihat dari jarak dekat Al Quran Tua yang tersimpan dengan rapi dalam lemari ukir terbuat dari kayu jati itu.
"Al Quran tua yang berada di dalam lemari khusus itu, tidak boleh dibuka, karena takut nanti masuk serangga sehingga bisa membuat rusak kitab suci tersebut," ujar Al Ustadz itu.
Ia mengatakan, Al Quran yang berada di dalam masjid itu, tidak hanya dikunjungi para tamu-tamu maupun wisatawan nusantara, tetapi juga dari negara asing, yakni Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand dan negara lainnya di Asia Tenggara.
Wisatawan yang berkunjung ke masjid tertua itu, selain melihat kitab suci berukuran besar tersebut, juga tertarik melihat bentuk bangunan tempat ibadah yang kelihatan unik.
Bangunan Masjid Al Mashun itu dibangun pada pemerintahan Hindia Belanda, yakni sejak 21 Agustus 1906 dan kemudian diresmikan pada 10 September 1909.
Bangunan Masjid Al Mashun itu bermotif Maroko yang cukup indah dan menarik.
"Jadi, wajar wisatawan mancanegara banyak yang tertarik mengunjungi masjid. Dinding bangunan berukir gaya arsitek Maroko, lampu hias tertua menambah suasana menarik masjid yang terletak di Kota Medan itu," katanya.
Ketika ditanya kapan Al Quran tua berada di masjid tersebut, Ridwan mengatakan, mengenai sejarah ini secara rinci tidak dapat diketahuinya secara pasti.
Namun, katanya, informasi yang diperolehnya dari orang-orang tua dulu maupun alim ulama, Al Quran itu masuk ke masjid tersebut, setelah enam tahun lamanya peresmian bangunan rumah ibadah itu.
"Peresmian bangunan masjid itu pada tahun 1909. Masjid itu dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma`mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah dari Kesultanan Deli," kata Ridwan.
Lebih jauh ia menjelaskan, Al Quran itu terbuat dari kertas kulit yang sangat tua dan ditulis tangan oleh para pembuat maupun perancang yang berasal dari Timur Tengah.
Tulisan tangan tersebut dengan menggunakan bahasa Urdu dan Parsi.
"Jadi, Al Quran itu menurut ceritanya ada yang menyebutkan pemberian dari negara Arab Saudi, Pakistan dan Persia. Saya tidak bisa menyimpulkan secara pasti negara mana yang menyumbangkan kitab suci berukuran besar itu pada Masjid Al Mashun. Tetapi yang pasti adalah dari salah satu negara Timur Tengah," kata Ridwan.(*)
(Sumber: http://www.antaranews.com)