Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada Selasa 30 Agustus
Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriyah jatuh pada Selasa tanggal 30 Agustus mendatang, yang juga merupakan Hari Raya Idul Fitri. Ketetapan itu dihasilkan berdasarkan hisap hakiki wujudul hilal yang dilakukan Majelis Tarjih.
"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011 Masehi," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam rilis yang diterima detikcom, Minggu (28/8/2011).
Haedar menjelaskan, ijtimak menjelang Syawwal 1432 H terjadi pada hari Senin 29 Agustus 2011 Masehi pukul 10:05:16 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta menandakan hilal sudah wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk.
"Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1432 H dengan harapan semoga segenap kaum muslimin dapat mengambil makna ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya untuk pencerahan ruhani, serta seluruh ibadah tersebut dapat diterima di sisi Allah SWT," ucap Haedar.
Berkaitan dengan kemungkinan perbedaan pelaksanaan Idul Fitri, Haedar mengimbau semua pihak untuk saling menghormati dan mengembangkan tasamuh (toleransi). Sebab perbedaan tersebut didasarkan pada keyakinan agama serta memperolah jaminan konstitusi. Muhammadiyah yakin umat Islam memiliki kearifan, kedewasaan, dan sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan tersebut.
"Perbedaan pelaksanaan Idul Fitri maupun Idul Adha selama ini sering terjadi dan tidak merusak ukhuwah serta berlangsung wajar adanya. Mari kembangkan sikap lapang hati dan gembira dalam menyiarkan gema Idul Fitri tanpa ada halangan, rintangan, dan saling menyalahkan," katanya.
Menurut Haedar, Muhammadiyah selalu berkomitmen dalam mengembangkan ukhuwah dan membangun kebaikan untuk bangsa tanpa pamrih. Perbedaan tidak berarti rusaknya ukhuwah, lebih-lebih jika disertai dengan sikap saling menghormati dan toleransi. Ukhuwah dapat dikembangkan untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih tercerahkan sebagaimana pesan luhur puasa dan Idul Fitri.
"Ukhuwah sesama umat Islam tidak dapat dipaksakan dalam satu pandangan tertentu karena pada kenyataannya umat Islam selama ini tersebar ke dalam berbagai paham dan golongan tanpa saling menegasikan. Muhammadiyah menilai ukhuwah baik sesama umat Islam maupun komponen bangsa selama ini telah terjalin dengan cukup baik. Kepada para tokoh umat dan pejabat publik dihimbau kearifannya untuk bersama-sama mengembangkan suasana positif dan memberikan uswah hasanah yang sebaik-baiknya," tutup Haedar.
(Sumber: http://www.detiknews.com)
"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011 Masehi," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam rilis yang diterima detikcom, Minggu (28/8/2011).
Haedar menjelaskan, ijtimak menjelang Syawwal 1432 H terjadi pada hari Senin 29 Agustus 2011 Masehi pukul 10:05:16 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta menandakan hilal sudah wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk.
"Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1432 H dengan harapan semoga segenap kaum muslimin dapat mengambil makna ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya untuk pencerahan ruhani, serta seluruh ibadah tersebut dapat diterima di sisi Allah SWT," ucap Haedar.
Berkaitan dengan kemungkinan perbedaan pelaksanaan Idul Fitri, Haedar mengimbau semua pihak untuk saling menghormati dan mengembangkan tasamuh (toleransi). Sebab perbedaan tersebut didasarkan pada keyakinan agama serta memperolah jaminan konstitusi. Muhammadiyah yakin umat Islam memiliki kearifan, kedewasaan, dan sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan tersebut.
"Perbedaan pelaksanaan Idul Fitri maupun Idul Adha selama ini sering terjadi dan tidak merusak ukhuwah serta berlangsung wajar adanya. Mari kembangkan sikap lapang hati dan gembira dalam menyiarkan gema Idul Fitri tanpa ada halangan, rintangan, dan saling menyalahkan," katanya.
Menurut Haedar, Muhammadiyah selalu berkomitmen dalam mengembangkan ukhuwah dan membangun kebaikan untuk bangsa tanpa pamrih. Perbedaan tidak berarti rusaknya ukhuwah, lebih-lebih jika disertai dengan sikap saling menghormati dan toleransi. Ukhuwah dapat dikembangkan untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih tercerahkan sebagaimana pesan luhur puasa dan Idul Fitri.
"Ukhuwah sesama umat Islam tidak dapat dipaksakan dalam satu pandangan tertentu karena pada kenyataannya umat Islam selama ini tersebar ke dalam berbagai paham dan golongan tanpa saling menegasikan. Muhammadiyah menilai ukhuwah baik sesama umat Islam maupun komponen bangsa selama ini telah terjalin dengan cukup baik. Kepada para tokoh umat dan pejabat publik dihimbau kearifannya untuk bersama-sama mengembangkan suasana positif dan memberikan uswah hasanah yang sebaik-baiknya," tutup Haedar.
(Sumber: http://www.detiknews.com)