Jika BlackBerry Dikenai PPn, Penyelundupan Marak
Jakarta, CyberNews. Rencana pengenaan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Barang Mewah terhadap impor Blackberry produksi Research in Motion (RIM) perlu pengkajian mendalam. Jika kebijakan itu disetujui, Kementerian Keuangan khawatir penyelundupan Blackberry akan bertambah banyak.
"Itu dipikirin dulu lah, karena kalau PPn Barang Mewah dibuat atau ditambahkan, takutnya penyelundupan semakin banyak," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Bambang Permadi S Brodjonegoro di Kantor Kemenko Perekonomian, hari ini (7/9).
Dia menambahkan, perlu dicari formula yang tepat dalam perumusan kebijakan pajak atas Blackberry itu.
Bambang menyampaikan hal itu menanggapi kabar bahwa pemerintah mungkin akan memberi semacam sanksi pada RIM yang membangun pabrik di Malaysia, meski pengguna Blackberry di Indonesia jauh lebih banyak.
Blackberry yang nantinya diproduksi di Malaysia itu diduga untuk memenuhi pasar Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan, Penjualan Blackberry di Indonesia sekitar empat juta unit tahun depan, itu rata-rata 300 dolar AS per unit, sedangkan di Malaysia RIM tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit.
Kemenkeu juga belum memikirkan tarif barier terhadap RIM. "Itu harus dibahas lebih dalam karena kita kan kena banyak FTA (Free Trade Agreement), jadi kalau dikenakan tarif barier sudah tidak mungkin kan, jadi harus menggunakan cara lain," kata Bambang.
(Sumber: http://suaramerdeka.com)
"Itu dipikirin dulu lah, karena kalau PPn Barang Mewah dibuat atau ditambahkan, takutnya penyelundupan semakin banyak," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Bambang Permadi S Brodjonegoro di Kantor Kemenko Perekonomian, hari ini (7/9).
Dia menambahkan, perlu dicari formula yang tepat dalam perumusan kebijakan pajak atas Blackberry itu.
Bambang menyampaikan hal itu menanggapi kabar bahwa pemerintah mungkin akan memberi semacam sanksi pada RIM yang membangun pabrik di Malaysia, meski pengguna Blackberry di Indonesia jauh lebih banyak.
Blackberry yang nantinya diproduksi di Malaysia itu diduga untuk memenuhi pasar Indonesia.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengatakan, Penjualan Blackberry di Indonesia sekitar empat juta unit tahun depan, itu rata-rata 300 dolar AS per unit, sedangkan di Malaysia RIM tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit.
Kemenkeu juga belum memikirkan tarif barier terhadap RIM. "Itu harus dibahas lebih dalam karena kita kan kena banyak FTA (Free Trade Agreement), jadi kalau dikenakan tarif barier sudah tidak mungkin kan, jadi harus menggunakan cara lain," kata Bambang.
(Sumber: http://suaramerdeka.com)