Tokoh Papua Merdeka Nangis di Kemdagri
JAKARTA -- Desakan agar aparat hukum turun tangan terhadap indikasi banyaknya tindak pidana korupsi di Papua, terus menguat. Kali ini, desakan datang dari Presiden Kongres West Papua National Authority Teriomus Yoku, yang terang-terangan mengaku sebagai orang yang memperjuangkan Papua Merdeka.
“Di Papua, kami tak punya Bapak yang bisa membimbing kami. Kami harap, gubernur, bupati, walikota, silakan apabila ada indikasi korupsi, tangkap semua. Saya atas nama rakyat Papua, tolong diadili. Jangan dibiarkan mereka bebas dan tetap berkuasa karena ini dilihat langsung oleh rakyat Papua,” tegas Teriomus Yoku saat menghadiri dialog para tokoh Papua dengan sejumlah pejabat Direktorat Jenderal Kesbangpol Kemendagri, di gedung Kemendagri, Jumat (2/12).
Dalam kesempatan tersebut, Teriomus Yoku menyatakan, kegagalan pembangunan di Papua terjadi karena para elit di pemda tidak pernah melibatkan unsur agama dan adat. Padahal, lanjutnya, tiga unsur, yakni pemerintah, agama, dan adat, merupakan satu kesatuan di Papua. Nyatanya, itu hanya slogan, lantaran pemda selalu jalan sendiri.
"Agama punya umat, adat punya rakyat. Kalau pemerintah rangkul umat dn rakyat, pembangunan pasti jalan," ujarnya.
Dalam acara tersebut, di tengah-tengah menyampaikan pendapat, Teriomus sempat menangis. Bicaranya langsung tersekat, begitu dia mengutarakan betapa rakyat Papua menderita padahal Papua sangat kaya. "Kami tak punya hak milik. Kami rakyat Papua, bangsa Papua, tidak punya hak milik atas kekayaan kami. Kami tak punya tempat tinggal yang aman. Rakyat Papua ingin bisa menikmati kekayaan dengan damai," ujarnya, sesaat setelah tangisnya mereda.
Hadir di acara itu empat tokoh kemerdekaan Papua lainnya, yakni Hein Fere selaku Ketua Repatriat PNG, Jefry Warisyu selaku Menteri Perindustrian OPM, Kedor Nasendi yang merupakan anggota Kerukunan Keluarga Besar Pejuang Pembebasan Irian Barat, dan Ketua Bidang Hukum Adat Papua, Sony Ayatomi.
Dari Kemendagri, hadir Direktur Kewaspadaan Nasional Ditjen Kesbangpol Kemendagri Widianto dan beberapa pejabat lainnya.
Teriomus di forum itu terang-terangan mengaku sebagai salah satu pimpinan Papua Merdeka. "Saya sebagai pemimpin Papua, Papua Merdeka harga mati bagi saya," tegasnya.
"Tapi setelah mendengarkan pernyataan Bapak Presiden mengenai UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat), saya setuju. Kami anak-anak Raja di papua, siap bekerjasama untuk membangun Papua," tegasnya. “Program UP4B yang disampaikan Bapak SBY ini adalah kata kunci untuk menciptakan rakyat papua yang sejahtera," sambungnya.
Sementara itu, Direktur Kewaspadaan Nasional Ditjen Kesbangpol Kemendagri Widianto menegaskan, tuntutan kemerdekaan Papua terjadi karena mereka saat ini merasa kurang mendapat perhatian. Masyarakat Papua, tegas dia, merasa hidupnya akan susah tanpa masa depan, sehingga timbul pemikiran untuk berjuang menuntut kemerdekaan. (sam/jpnn)
(Sumber: http://www.jpnn.com)
“Di Papua, kami tak punya Bapak yang bisa membimbing kami. Kami harap, gubernur, bupati, walikota, silakan apabila ada indikasi korupsi, tangkap semua. Saya atas nama rakyat Papua, tolong diadili. Jangan dibiarkan mereka bebas dan tetap berkuasa karena ini dilihat langsung oleh rakyat Papua,” tegas Teriomus Yoku saat menghadiri dialog para tokoh Papua dengan sejumlah pejabat Direktorat Jenderal Kesbangpol Kemendagri, di gedung Kemendagri, Jumat (2/12).
Dalam kesempatan tersebut, Teriomus Yoku menyatakan, kegagalan pembangunan di Papua terjadi karena para elit di pemda tidak pernah melibatkan unsur agama dan adat. Padahal, lanjutnya, tiga unsur, yakni pemerintah, agama, dan adat, merupakan satu kesatuan di Papua. Nyatanya, itu hanya slogan, lantaran pemda selalu jalan sendiri.
"Agama punya umat, adat punya rakyat. Kalau pemerintah rangkul umat dn rakyat, pembangunan pasti jalan," ujarnya.
Dalam acara tersebut, di tengah-tengah menyampaikan pendapat, Teriomus sempat menangis. Bicaranya langsung tersekat, begitu dia mengutarakan betapa rakyat Papua menderita padahal Papua sangat kaya. "Kami tak punya hak milik. Kami rakyat Papua, bangsa Papua, tidak punya hak milik atas kekayaan kami. Kami tak punya tempat tinggal yang aman. Rakyat Papua ingin bisa menikmati kekayaan dengan damai," ujarnya, sesaat setelah tangisnya mereda.
Hadir di acara itu empat tokoh kemerdekaan Papua lainnya, yakni Hein Fere selaku Ketua Repatriat PNG, Jefry Warisyu selaku Menteri Perindustrian OPM, Kedor Nasendi yang merupakan anggota Kerukunan Keluarga Besar Pejuang Pembebasan Irian Barat, dan Ketua Bidang Hukum Adat Papua, Sony Ayatomi.
Dari Kemendagri, hadir Direktur Kewaspadaan Nasional Ditjen Kesbangpol Kemendagri Widianto dan beberapa pejabat lainnya.
Teriomus di forum itu terang-terangan mengaku sebagai salah satu pimpinan Papua Merdeka. "Saya sebagai pemimpin Papua, Papua Merdeka harga mati bagi saya," tegasnya.
"Tapi setelah mendengarkan pernyataan Bapak Presiden mengenai UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat), saya setuju. Kami anak-anak Raja di papua, siap bekerjasama untuk membangun Papua," tegasnya. “Program UP4B yang disampaikan Bapak SBY ini adalah kata kunci untuk menciptakan rakyat papua yang sejahtera," sambungnya.
Sementara itu, Direktur Kewaspadaan Nasional Ditjen Kesbangpol Kemendagri Widianto menegaskan, tuntutan kemerdekaan Papua terjadi karena mereka saat ini merasa kurang mendapat perhatian. Masyarakat Papua, tegas dia, merasa hidupnya akan susah tanpa masa depan, sehingga timbul pemikiran untuk berjuang menuntut kemerdekaan. (sam/jpnn)
(Sumber: http://www.jpnn.com)