Geget Perayaan Imlek di Kota Pahlawan
Surabaya (ANTARA News) - Perayaan tahun baru China di Kota Pahlawan Surabaya cukup terasa greget-nya. Pernak-pernik lampion serta lampu warna-warni menghias berbagai tempat umum seperti mal dan hotel.
Seni tradisi khas Tiongkok di antaranya barongsai dan wayang potehi juga digelar di sejumlah lokasi di Surabaya.
Tahun Baru Imlek 2563 tampaknya tak luput dari perhatian pengelola pusat perbelanjaan maupun perhotelan di Surabaya yang turut menyuguhkan serangkaian acara bernuansa tahun baru China.
Sejumlah pengusaha tak segan menyulap pusat bisnisnya penuh nuansa Tiongkok. Pilihan dekorasi dan tata ruang mal maupun perhotelan di Kota Pahlawan banyak berhiaskan pula pernak-pernik Imlek yang didominasi warna merah dan kuning keemasan.
Masyarakat dapat melihat keunikan replika Naga Air yang disesuaikan Shio Tahun 2012, cahaya terang beragam lampu lampion, hawa sejuk dari pohon "mei hwa", dan merasakan ketenangan batin saat menikmati pesona pagoda yang sengaja dibangun untuk menyempurnakan atmosfer imlek.
Di Hotel Majapahit Surabaya, perayaan imlek tertuang dalam pertunjukan Wayang Potehi yang merupakan tradisi asli China bagian Selatan. Aksi sejumlah tokohnya dimainkan dua orang dalang yang duduk di belakang panggung minimalis dan terbingkai indah oleh dominasi warna merah.
Cerita yang disajikan kepada masyarakat pada umumnya berupa legenda dari China seperti Si Djin Kui. Legenda ini berkisah tentang semangat kepahlawanan atau Sam Kok tentang perkembangan tiga negara dengan tokohnya Kwan Kong.
Sampai sekarang pertunjukan wayang yang biasa ditampilkan di kelenteng memiliki durasi empat jam dan dibagi menjadi dua waktu. Satu cerita saja membutuhkan waktu satu bulan. Tetapi, di Hotel Majapahit hanya dimainkan satu babak berdurasi sekitar satu jam.
Untuk mengiringi pementasan wayang potehi, para dalang merangkai alunan nada dari lima alat khas China yaitu Yana, Olhu, Selu, Alo, dan Dongko.
Humas Hotel Majapahit Surabaya, Mira Damayanti mengatakan, penampilan wayang potehi bisa disaksikan secara gratis oleh masyarakat perhotelan di "Lobby Lounge" tiap pukul 18.00 WIB antara tanggal 15-21 Januari 2012. Selain itu, di hotel yang menjadi saksi bisu perjuangan Arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dari sekutu itu juga mempersembahkan atraksi seni khas imlek yakni barongsai.
Membagikan Angpao
Perayaan Imlek 2563 juga terasa di pusat-pusat perbelanjaan di Surabaya. Penampilan barongsai dan liang liong atau Dewa Rezeki yang membagikan angpao, tampaknya seperti keharusan.
"Splendid Blossom" di atrium tiga Tunjungan Plaza Surabaya misalnya, menyuguhkan pagoda menjulang berhiaskan bunga sakura. Upaya mendesain sedemikian rupa itu dimaksudkan guna mengajak pengunjung seolah berada di Kota Shanghai.
Sementara itu, untuk anak-anak juga ada kegiatan yang dikemas khusus seperti "Lantern Decorating Competition" yang dilaksanakan Sabtu (21/1). Kompetisi menghias lampion tersebut hadir dengan membidik peserta dari kalangan siswa taman kanak-kanak hingga kelas enam sekolah dasar.
Pada hari Minggu (22/1) di pusat perbelanjaan di Jalan Tunjungan Surabaya juga disajikan pertunjukan barongsai dan wushu. Disusul kemudian, aktivitas "Dewa Rezeki Around The Mall" dan "Barongsai Around The Mall". Acara tersebut agaknya banyak dinanti pengunjung menyusul aksi Dewa Rezeki saat berkeliling ke sejumlah gerai membawa banyak hadiah.
Masyarakat dapat menyaksikan acara itu antara 21-23 Januari 2012 atau sengaja didesain supaya bertepatan dengan puncak peringatan Imlek. Apalagi, saat itu juga disajikan pertunjukan tari tradisional China, sehingga nuansa Imlek semakin kental.
Lain di di Tunjungan Plaza, lain pula di Ciputra World Surabaya. Anak -anak menjadi fokus pengelola mal Ciputra World dengan memilih kegiatan "Kid Fashion Competition". Peserta berusia antara tujuh hingga 12 tahun dan wajib mengenakan busana ala China.
Untuk menarik perhatian pengunjung, di Ciputra World Surabaya juga dilaksanakan "Cosmo Fakir Magician" sampai kesempatan bertemu artis Naysilla Mirdad meskipun kedatangannya guna menghadiri audisi bintang FTV.
Selain itu, di mal yang terletak di Jalan Mayjend Sungkono Surabaya ini menyiapkan "Lucky Angpao" terutama pengunjung yang bertransaksi belanja lebih dari Rp500 ribu di sejumlah gerai.
Mereka bisa mendapat angpao dengan membeli barang di area bazaar tetapi angka transaksinya hanya 50 persen dibandingkan belanja di gerai. Pengunjung yang belum hoki dari undian angpao, masih bisa bertemu Dewa Rezeki karema ada 300 angpao yang akan dibagikan secara acak di sana.
Sementara di Royal Plaza di Jalan Ahmad Yani Surabaya mempertunjukkan barongsai yang tak biasa atau disebut Barong Sai Tonggak. Mereka dihadirkan dengan atraksi berlompatan ke sejumlah pilar yang berukuran sangat tinggi.
"Perayaan imlek di tempat kami justru terlaksana lebih awal karena terealisasi antara 7 Januari-31 Januari 2012," kata Humas Royal Plaza, Vicky Ratih Wandansari.
Selain itu, katanya, juga ada Lomba Sumpit Kacang Ibu dan Anak. Masyarakat dapat melihat bagaimana aksi ibu dan anak untuk menjalin kekompakan terutama saat memindahkan kacang memakai sumpit. Ada pula kompetisi sempoa, "sudoku", dan pesta angpao.
Kesempatan mengikuti pesta angpao sangat besar khususnya pengunjung yang berbelanja antara Rp200 ribu hingga Rp1 juta. Mereka juga bisa memperoleh aneka peralatan rumah tangga berkualitas tinggi.
Ekspresi Budaya
Anggota "Center of Chinese Indonesian Studies/CCIS" Universitas Kristen Petra Surabaya, Aditya Nugraha, menjelaskan, perayaan Imlek kali ini kondisinya sangat berbeda dengan yang dialaminya saat berusia anak-anak.
Kepala Perpustakaan kampus di Jalan Siwalakerto Surabaya ini mengemukakan, perayaan Imlek yang dilakukannya ketika masih anak-anak hanya berkumpul bersama di rumah kakek tercintanya. Alasannya, saat itu belum ada pengakuan pemerintah sehingga tak ada masyarakat China yang berani merayakan Imlek secara terbuka.
Imlek adalah ekspresi budaya dan kini telah menjadi pengakuan identitas. Bahkan, setelah pemerintahan Gus Dur (almarhum) - Megawati, peringatan tahun baru China semakin kreatifif.
Hari libur nasional untuk merayakan Imlek bersama orang terdekat tercetus sejak zaman Megawati sedangkan pengakuan Konghucu muncul saat Indonesia dipimpin Gus Dur (almarhum). Saat ini Komunitas China punya kebebasan.
Walaupun demikian, Aditya mengakui, seiring berjalannya waktu dan kakeknya telah tiada, kini jalinan kekerabatannya kian menipis terutama hubungan persaudaraannya dengan keluarga yang jarak rumahnya berjauhan.
Bahkan, selama ini frekuensi pertemuan keluarganya terlaksana satu tahun sekali atau ketika Imlek tiba, sehingga perayaan tahun baru China hanya diperingati dengan berkumpul keluarga terdekat.
Tahun ini, perayaan imlek di keluarganya diadakan dengan acara makan-makan dan bersilaturahmi ke rumah saudara di Surabaya. Jika ada waktu luang, ia berencana mengajak seluruh anggota keluarga jalan-jalan ke mal.
"Aktivitas kami memang hampir mirip suasana lebaran umat muslim karena ada anjang sana," katanya.
Ia menyarankan aktivitas perayaan Imlek antara generasi tua dan muda perlu dikemas lebih baik sebagai jembatan keduanya sehingga tidak ada jurang pemisah yang membuat mereka berjalan masing-masing.
Contoh, kompetisi "dubbing" berbahasa China yang diikuti murid sekolah menengah atas (SMA) dan mahasiswa sebagai panitia acara. Lalu, generasi tua ditugaskan menjadi juri perlombaan tersebut.
Perayaan Imlek tidak perlu berlebihan dengan segala hingar-bingarnya karena tidak setiap keluarga memiliki standar keuangan sama. Mereka bisa memperingati secara sederhana tetapi makna kekerabatan antarkeluarga tetap terjalin.
(S021)(Sumber: http://www.antaranews.com)
Seni tradisi khas Tiongkok di antaranya barongsai dan wayang potehi juga digelar di sejumlah lokasi di Surabaya.
Tahun Baru Imlek 2563 tampaknya tak luput dari perhatian pengelola pusat perbelanjaan maupun perhotelan di Surabaya yang turut menyuguhkan serangkaian acara bernuansa tahun baru China.
Sejumlah pengusaha tak segan menyulap pusat bisnisnya penuh nuansa Tiongkok. Pilihan dekorasi dan tata ruang mal maupun perhotelan di Kota Pahlawan banyak berhiaskan pula pernak-pernik Imlek yang didominasi warna merah dan kuning keemasan.
Masyarakat dapat melihat keunikan replika Naga Air yang disesuaikan Shio Tahun 2012, cahaya terang beragam lampu lampion, hawa sejuk dari pohon "mei hwa", dan merasakan ketenangan batin saat menikmati pesona pagoda yang sengaja dibangun untuk menyempurnakan atmosfer imlek.
Di Hotel Majapahit Surabaya, perayaan imlek tertuang dalam pertunjukan Wayang Potehi yang merupakan tradisi asli China bagian Selatan. Aksi sejumlah tokohnya dimainkan dua orang dalang yang duduk di belakang panggung minimalis dan terbingkai indah oleh dominasi warna merah.
Cerita yang disajikan kepada masyarakat pada umumnya berupa legenda dari China seperti Si Djin Kui. Legenda ini berkisah tentang semangat kepahlawanan atau Sam Kok tentang perkembangan tiga negara dengan tokohnya Kwan Kong.
Sampai sekarang pertunjukan wayang yang biasa ditampilkan di kelenteng memiliki durasi empat jam dan dibagi menjadi dua waktu. Satu cerita saja membutuhkan waktu satu bulan. Tetapi, di Hotel Majapahit hanya dimainkan satu babak berdurasi sekitar satu jam.
Untuk mengiringi pementasan wayang potehi, para dalang merangkai alunan nada dari lima alat khas China yaitu Yana, Olhu, Selu, Alo, dan Dongko.
Humas Hotel Majapahit Surabaya, Mira Damayanti mengatakan, penampilan wayang potehi bisa disaksikan secara gratis oleh masyarakat perhotelan di "Lobby Lounge" tiap pukul 18.00 WIB antara tanggal 15-21 Januari 2012. Selain itu, di hotel yang menjadi saksi bisu perjuangan Arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dari sekutu itu juga mempersembahkan atraksi seni khas imlek yakni barongsai.
Membagikan Angpao
Perayaan Imlek 2563 juga terasa di pusat-pusat perbelanjaan di Surabaya. Penampilan barongsai dan liang liong atau Dewa Rezeki yang membagikan angpao, tampaknya seperti keharusan.
"Splendid Blossom" di atrium tiga Tunjungan Plaza Surabaya misalnya, menyuguhkan pagoda menjulang berhiaskan bunga sakura. Upaya mendesain sedemikian rupa itu dimaksudkan guna mengajak pengunjung seolah berada di Kota Shanghai.
Sementara itu, untuk anak-anak juga ada kegiatan yang dikemas khusus seperti "Lantern Decorating Competition" yang dilaksanakan Sabtu (21/1). Kompetisi menghias lampion tersebut hadir dengan membidik peserta dari kalangan siswa taman kanak-kanak hingga kelas enam sekolah dasar.
Pada hari Minggu (22/1) di pusat perbelanjaan di Jalan Tunjungan Surabaya juga disajikan pertunjukan barongsai dan wushu. Disusul kemudian, aktivitas "Dewa Rezeki Around The Mall" dan "Barongsai Around The Mall". Acara tersebut agaknya banyak dinanti pengunjung menyusul aksi Dewa Rezeki saat berkeliling ke sejumlah gerai membawa banyak hadiah.
Masyarakat dapat menyaksikan acara itu antara 21-23 Januari 2012 atau sengaja didesain supaya bertepatan dengan puncak peringatan Imlek. Apalagi, saat itu juga disajikan pertunjukan tari tradisional China, sehingga nuansa Imlek semakin kental.
Lain di di Tunjungan Plaza, lain pula di Ciputra World Surabaya. Anak -anak menjadi fokus pengelola mal Ciputra World dengan memilih kegiatan "Kid Fashion Competition". Peserta berusia antara tujuh hingga 12 tahun dan wajib mengenakan busana ala China.
Untuk menarik perhatian pengunjung, di Ciputra World Surabaya juga dilaksanakan "Cosmo Fakir Magician" sampai kesempatan bertemu artis Naysilla Mirdad meskipun kedatangannya guna menghadiri audisi bintang FTV.
Selain itu, di mal yang terletak di Jalan Mayjend Sungkono Surabaya ini menyiapkan "Lucky Angpao" terutama pengunjung yang bertransaksi belanja lebih dari Rp500 ribu di sejumlah gerai.
Mereka bisa mendapat angpao dengan membeli barang di area bazaar tetapi angka transaksinya hanya 50 persen dibandingkan belanja di gerai. Pengunjung yang belum hoki dari undian angpao, masih bisa bertemu Dewa Rezeki karema ada 300 angpao yang akan dibagikan secara acak di sana.
Sementara di Royal Plaza di Jalan Ahmad Yani Surabaya mempertunjukkan barongsai yang tak biasa atau disebut Barong Sai Tonggak. Mereka dihadirkan dengan atraksi berlompatan ke sejumlah pilar yang berukuran sangat tinggi.
"Perayaan imlek di tempat kami justru terlaksana lebih awal karena terealisasi antara 7 Januari-31 Januari 2012," kata Humas Royal Plaza, Vicky Ratih Wandansari.
Selain itu, katanya, juga ada Lomba Sumpit Kacang Ibu dan Anak. Masyarakat dapat melihat bagaimana aksi ibu dan anak untuk menjalin kekompakan terutama saat memindahkan kacang memakai sumpit. Ada pula kompetisi sempoa, "sudoku", dan pesta angpao.
Kesempatan mengikuti pesta angpao sangat besar khususnya pengunjung yang berbelanja antara Rp200 ribu hingga Rp1 juta. Mereka juga bisa memperoleh aneka peralatan rumah tangga berkualitas tinggi.
Ekspresi Budaya
Anggota "Center of Chinese Indonesian Studies/CCIS" Universitas Kristen Petra Surabaya, Aditya Nugraha, menjelaskan, perayaan Imlek kali ini kondisinya sangat berbeda dengan yang dialaminya saat berusia anak-anak.
Kepala Perpustakaan kampus di Jalan Siwalakerto Surabaya ini mengemukakan, perayaan Imlek yang dilakukannya ketika masih anak-anak hanya berkumpul bersama di rumah kakek tercintanya. Alasannya, saat itu belum ada pengakuan pemerintah sehingga tak ada masyarakat China yang berani merayakan Imlek secara terbuka.
Imlek adalah ekspresi budaya dan kini telah menjadi pengakuan identitas. Bahkan, setelah pemerintahan Gus Dur (almarhum) - Megawati, peringatan tahun baru China semakin kreatifif.
Hari libur nasional untuk merayakan Imlek bersama orang terdekat tercetus sejak zaman Megawati sedangkan pengakuan Konghucu muncul saat Indonesia dipimpin Gus Dur (almarhum). Saat ini Komunitas China punya kebebasan.
Walaupun demikian, Aditya mengakui, seiring berjalannya waktu dan kakeknya telah tiada, kini jalinan kekerabatannya kian menipis terutama hubungan persaudaraannya dengan keluarga yang jarak rumahnya berjauhan.
Bahkan, selama ini frekuensi pertemuan keluarganya terlaksana satu tahun sekali atau ketika Imlek tiba, sehingga perayaan tahun baru China hanya diperingati dengan berkumpul keluarga terdekat.
Tahun ini, perayaan imlek di keluarganya diadakan dengan acara makan-makan dan bersilaturahmi ke rumah saudara di Surabaya. Jika ada waktu luang, ia berencana mengajak seluruh anggota keluarga jalan-jalan ke mal.
"Aktivitas kami memang hampir mirip suasana lebaran umat muslim karena ada anjang sana," katanya.
Ia menyarankan aktivitas perayaan Imlek antara generasi tua dan muda perlu dikemas lebih baik sebagai jembatan keduanya sehingga tidak ada jurang pemisah yang membuat mereka berjalan masing-masing.
Contoh, kompetisi "dubbing" berbahasa China yang diikuti murid sekolah menengah atas (SMA) dan mahasiswa sebagai panitia acara. Lalu, generasi tua ditugaskan menjadi juri perlombaan tersebut.
Perayaan Imlek tidak perlu berlebihan dengan segala hingar-bingarnya karena tidak setiap keluarga memiliki standar keuangan sama. Mereka bisa memperingati secara sederhana tetapi makna kekerabatan antarkeluarga tetap terjalin.
(S021)(Sumber: http://www.antaranews.com)