Gempa di Sumatera Picu Gempa Sedunia
Ketua peneliti riset Fred Pollitz dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat menemukan, hanya selang enam hari, gempa berkekuatan lebih dari 5,5 skala Richter meningkat lima kali lipat setelah gempa pada 11 April.
"Ini pertama kali kita melihat gempa susulan yang lebih kuat dan sejauh ini," kata Direktur Observasi Bumi Singapura, Kerry Sieh, seorang ilmuwan yang telah menulis sejumlah laporan mengenai gempa di kawasan Sumatera ini.
Gempa pertama pada 11 April berkuatan 8,7 skala Richter, nyaris sebesar gempa yang mengakibatkan tsunami di Jepang setahun sebelumnya. Gempa kedua, 8,2 SR, juga muncul di Samudera Hindia, di zona di mana lempeng tektonik Indo-Austraalia pelan-pelan pecah.
"Makalah Pollitz menunjukkan bahwa Anda bisa mendapatkan gempa merusak yang signifikan dan potensial ribuan kilometer dari sebuah gempa di pertengahan 8 (skala Richter)," kata Sieh yang tidak terlibat penelitian itu kepada Reuters.
Pollitz dan rekan-rekannya meneliti serangkaian data seismik, khususnya pada radiasi yang disebut gelombang-Cinta, yaitu sebuah gelombang permukaan yang bergerak seperti ulaar dan bisa melintasi bumi. Semua gempa susulan global terletak tepat di empat garis utama gelombang-Cinta yang episentrumnya di pusat gempa 11 April.
"Di masa depan, riset ini bisa meningkatkan kemampuan kalkulasi gempa susulan setelah sebuah gempa utama," kata Sieh.
Gempa pada April ini menjadi perhatian dunia karena muncul di zona yang paling aktif. Gempa ini dianalisis para ilmuwan sebagai gempa sesar-geser terbesar yang pernah tercatat, dan tidak menimbulkan tsunami. Sesar bergeser horizontal ketika terjadi patahan, bukan bergerak vertikal seperti pada gempa 9,2 Skala Richter di Aceh dan 9 Skala Richter di Jepang sehingga mengakibatkan tsunami.
(Sumber: http://teknologi.news.viva.co.id)